Minggu, 02 Maret 2014

Kegalauan Remaja SMA (Akhir) tak ada Habisnya



Galau anak SMA tahun terakhir itu galau berjamaah. Banyak dari mereka termasuk saya waktu itu, menghentikan segala aktifitas yang mereka anggap hiburan. Jadi benar - benar fokus terhadap pengumuman dan intinya tidak ingin bersenang - senang dulu atau merasa bebas. Saat sebelum pengumuman kelulusan, semua seperti ada yang mengganjal dan terasa tercekik. Saat setelah pengumuman dan mengetahui bahwa sekolahnya lulus 100%, ia berucap syukur. Tapi ucapan itu istilahnya hanya satu helaan napas, setelahnya? Galau lagi ! Lulus sih... Tapi.. nilai saya berapaaaa? Pikiran masih diambang kekhawatiran. Apakah ijazah saya akan terukir indah atau sebaliknya? Ada juga yang lebih berfokus pada pengumuman SNMPTN beberapa hari setelahnya. Begitulah gambaran kegalauan akut bocah SMA kelas 12. Setelah pengumuan SNMPTN, yang tidak keterima galau lagi ! Belajar untuk SBMPTN, dan galau lagi menentukan jurusan apa
yang peluangnya besar tapi tetap punya passion dalam jurusan tersebut. Dan setelah ujian, galau lagi menunggu pengumuman, galau lagi memikirkan alternatif jika tidak lolos, galau lagi galau lagi terus galau dan galau. Yang keterima di SNMPTN sekarang galau tugas ospek universitasnya, galau mikirkan ospek fakultas, juga jurusan yang bisa berbulan - bulan. Tak ada habisnya kegalauan remaja!
Sebenarnya itu gambaran secara umum yang dialami remaja kelas 12 belakangan. Yang memilih cuek pun, ada. Yang sangat khawatir pun, ada. Sebaiknya kegalauan ini diantisipasi saja dengan doa. Galau dalam urusan ini sangat manusiawi sebenarnya, tapi kalau saya pribadi lebih mengantisipasi nya dengan membayangkan hal - hal negatip yang terjadi lebih dahulu. Pesimis? Bukan juga. Tapi tidak salah kan kalau kita sudah siap mental dengan segala hal buruk yang terjadi? Terlalu yakin atau optimis, itu yang bahaya. Kita menyikapi dengan sikap ditengah - tengah saja, optimis yang berkadar, siapkan diri dengan kenyataan yang tidak kompatibel dengan kehendak, serta selingi doa.
Seberapa besarkah kekuatan keyakinan itu? Yakin utuk diterima di universitas yang kita idam-idamkan itu harus, karena keyakinan sendiri itu bersanding dengan kesuksesan, dan sebaliknya, keraguan yang bersanding dengan kegagalan. Maka haruslah kita berkeyakinan yang teguh untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, namun keyakinan itu sendiri yang menyangkut antara rasional dan irrasional, seperti contoh yang rasional; yakin dan mengetahui nilai-nilai dan prestasi kita, sesuai dengan kemampuan. Itu perlu diperhatikan. Dan yang satu lagi irrasional; yakni bagaimana kita meminta kepada Tuhan disertai dengan usaha. Dan itu semua harus seimbang. Innama’al usriyusro… (QS. Alam Nasrah 94/6)

0 komentar:

Posting Komentar