Minggu, 26 Oktober 2014

Beginikah Umur Manusia?


Sedikit bercerita, Ketika Tuhan menciptakan kerbau, Tuhan memberikan umur 50 tahun kepada kerbau. Kerbau yang kerjanya membajak sawah, bekerja keras, akhirnya bilang pada Tuhan, ?Tuhan, saya tidak perlu umur terlalu lama 50 tahun bekerja keras membajak sawah. Saya cukup 20 tahun saja umurnya.?
Mendengar permintaan ini, akhirnya Tuhan mengabulkan. Kerbau dikasih umur 20 tahun. Ada sisa 30 tahun.

Selanjutnya Tuhan menciptakan monyet. Monyet diberikan umur 20 tahun. Monyet yang lucu ini menghibur manusia. Namun monyet juga protes, dia bilang, ? Tuhan, saya terlalu lama kalo dikasih umur 20 tahun untuk menghibur manusia, saya minta 10 tahun saja.?
Mendengar permintaan ini, akhirnya Tuhan pun mengabulkan. Ada sisa 10 tahun.
Selanjutnya Tuhan menciptakan anjing, dan diberikan umur 20 tahun. Anjing ini bertugas menjaga. Namun, sama seperti kerbau dan monyet, anjing ini cuma minta umurnya 10 tahun. Mendengar permintaan ini, Tuhan pun mengabulkan.
Selanjutnya Tuhan bilang pada manusia, ?Kamu manusia, saya kasih umur 25 tahun untuk bersenang-senang, menikmati hidupmu. 25 tahun umur kamu itu tidak perlu kamu bekerja, santai-santai sajalah.

Manusia yang mendengar ini, bilang ?Yah, kok saya cuma dikasih umur 25 tahun. Tidak cukup buat saya. Saya mintanya lebih.?
Mendengar permintaan ini, Tuhan pun akhirnya bilang, ?Okelah, kamu manusia akan diberikan tambahan umur. Kelebihan dari umur kerbau 30 tahun, kelebihan umur monyet 10 tahun dan kelebihan umur anjing 10 tahun, akan saya berikan ke kamu. Jadi kamu yang awalnya dapat umur 25 tahun, sekarang mendapatkan tambahan umur 50 tahun, jadi 75 tahun.?

Manusia menerima itu.
Akhirnya kehidupan manusia pun berlangsung seperti ini:
25 tahun, masa bersenang-senang, dari sejak kecil sampai sekolah dan menamatkan kuliah.
30 tahun selanjutnya ?tambahan dari umur kerbau? (umur 25-55), masa bekerja, memenuhi kebutuhan hidup, bekerja keras tiap hari selama 30 tahun, masuk kerja pagi-pagi, pulangnya sore-sore, seperti ?kehidupan kerbau?.

10 tahun selanjutnya ?tambahan umur monyet? (umur 55-65), masa mempunyai cucu, menimang cucu. Tersenyum melihat cucu yang manis, menina bobokkan cucu, bermain dengan cucu. Tugasnya "jadi penghibur".

10 tahun selanjutnya ?tambahan umur anjing? (umur 65-75), masa "menjaga rumah". Anak-anak dan cucu pergi bekerja dan bersekolah. Saatnya di rumah.
Apakah seperti ini kehidupan yang saya inginkan???
Hidup adalah pilihan.

Sabtu, 25 Oktober 2014

Tragedi Donor Darah

09 Agustus 2004. Iya bener, siang tadi aku donor darah, ditemeni adek aku, nunggu petugasnya lama banget. Sambil nunggu aku sambil lalu nimbang badan aku, mainan alat tensi darah sama adekku spigmomanometer namanya. Oh iya kenalin yang belom kenal aku, aku Muhammad Sholihin Bin Hasanuddin, umur? Iya aku tanggal 30 agustus besok udah ‘delapan belas tahun’ loh. Aku? Iya aku ga tinggi-tinggi amat kok sekitaran 168-170an, berat? Aku ga gemuk. Ga kurus-kurus banget. Sekitar, wah janganlah. Malu aku.
iya intinya aku tadi pas donor terjadi tragedi banget, gak baget-banget sih, Cuma ya biasa aja kesalahan teknis kali. Setelah nunggu petugas dateng, udah aku disuruh berbaring aja di tensi pake spigmomanometer itu tadi, katanya sih tekanan darahnya 120, masa bodo deh berapa aja. Iya cussss langsung donor aja, ga lupa tuh mas-mas petugas nancepin jarumnya ke lengan tangan kanan aku, udah dibilang kan di postingan blog aku sebelum-sebelumnya. Donor darah itu ga sakit kok, tapi ini? Ini yang ke tiga kalinya jujur rasanya kok aneh, ga kaya biasanya. Nyut-jleb-dettak-dez! Iya ga gitu juga kali bunyinya. Iya pas sekitaran darahku udah ngocor ke kantong kira-kira ¼ kantong loh-loh mas-mas petugasnya ngutek-ngutek selang di tanganku,
“sek-sek dek, loh ini macet-macetan darah-nya”
padahal aku lagi nikmatin darah yang keluar dari tubuh aku (siiiiiiih),
tiba-tiba mas-nya bilang lagi
“pembuluh darahnya pecah dek, sebentar ya (sambil ngutek-ngutek selangnya, di tambah masuk-masukin pula)”
ga lama setelah itu ada bapak-bapak petugas donor juga,
“kenapa mas?”
“ini pak, ngadat”
duh alamat. Dalem hati aku.
(bapak-bapaknya nyoba ambil alih mas-mas petugas itu) “loh. Iya.”
“pindah yang kiri ngga papa? Nanggung mas”
“iya deh pak, gapapa.(tapi aku bener gapapa kok pemirsa)”
langsung aja bapak-bapak itu nyolokin juga jarum tadi (ngelanjutin hasil ¼ kantong darah tadi)
“bismillah, alhamdulillah”
yes. Dalem ati.
“darahnya bagus mas, (sambil plus cerita-cerita tuh bapak/ curhat lebih tepatnya udah berapa kali dia donor, sejak tahun berapa dia donor, mulai kapan, sampe kapan, sampe lengan tangannya bolong (bukan bolong kayak begitu-an pemirsa, biasa aja sih) iya begitu pemirsa) kalau bisa mas-nya donornya rutin ya tiga bulan sekali”
“oke sip pak”

iya begitu aja cerita aku, yang penting kan punya cerita dengan jarum itu, yang besarnya seperti setengah kali dari sedotan alamo/aqua, iya intinya melakukan apa saja, dalam keadaanbagaimana, tetaplah diniatkan untuk beribadah kepada Allah. Agar kita tdak sia-sia melakukan suatu hal di dunia ini. Kalau diniatkan ibadah. Insyaallah di dunia dapat, akhirat kelak insyaallah juga  dapat. Malamnya (malem ini) masih terasa nyut-nyut dari dua lubang itu pemirsa. Hehe. Tapi jangan khawatir, dan jangan dijadikan alasan buat tidak mendonor lagi tiga bulan ke depan, kalian juga begitu, jangan menjadikan pengalaman saya ini untuk takut men-donor-kan darah kalian.
bapak-bapak petugasnya itu juga bilang, kalo stok darah golngan A udah habis, bapaknya bilang
“alhamdulillah mas (dengan mata begetar kaya mau nangis di sinetron-sinetron itu) stok golongan darah A habis, saya juga bingung tadi”
yah saya berfikir
‘ini memang jalan Allah untuk saya mendonorkan darah saya’ hal ini membuat saya lebih percaya jika dunia dan seisinya ada yang mengatur. diatur oleh Allah, dan bahwasannya Allah memberikan sesuatu kepada hambanya bukan apa/kapan yang dia inginkan, tapi Allah pasti memberikan apa dan kapan yang dia butuhkan. Wallahua’lam.